Awal agusus 2010, matahari mulai meninggi diufuk timur sementara watu menunjukan pukul tujuh lewat duapuluh menit.
Dipuncak tertinggi bukit gumilang tersamar bersahutan suara sumbang entah dari lantuman belalang atau segelumit jangkrik yang asik bersendau gurau menikmati kehangatan sinar mentari dibalik rerumputan yang dipenuhi embun pagi. Sesaat sunyi melanda dikala gemerisik ilalang tertiup angin. sesaat kemudian bergantian entah serangga apalagi yang tengah bercengkrama menyambut pagi.
Ah... lamunanku terlalu jauh menerawang dimana bukit masih dirimbuni ilalang dan pepohonan liar tanpa tuan. Dimana kesunyian setiap saat menghantarkan hari yang terus berganti. Kini Bukit hijau dibalik tebing kramat gumilang telah jauh berubah. Deretan pepohonan dan ilalang telah berganti tembok-tembok beratap beton.
Lengkingan serangga berubah menjadi dentum alunan musik dari perangkat elektronik dari balik bilik kokoh bercat warna-warni.
Tanah merah tak lagi berselimur rerumputan hijau, melainkan hotmik dan aspal hitam. Pagi ini, bukan lagi sekelompok serangga berkerumun mencari mangsa atau sekedar menikmati sisa hari, melainkan aktivitas warga yang tengah asyik bergotong royong, bahu membahu ditebing bukit yang curam. Siapakah mereka? Mereka adalah warga Cluster IV Griya Indah yang tengah asik bekerja sama memasang pagar BRC. Sesuai dengan program warga, khususnya RT. 17, pemasangan pagar ini adalah wujud kepedulian warga akan bahaya yang timbul mengingat lokasi dan kondisi lingkungan yang sangat berbahaya bagi anak-anak yang berjalan atau bermain disekitarnya. Sisi jalan yang curam lebih tinggi dari 2 meter sangat tidak dianjurkan bila tidak terpasang pengaman seperti pagar. Oleh karena itu setiap warga wajib dan sadar akan lingkungannya. Pengadaan Pagar BRC ini adalah usulan dari warga blok F yang berhadapan langsung dengan sisi jalan yang curam, Semangat dan antusias dari salah satu warga blok F tersebut diakui memang bentuk dari sifat kritis yang berulang kali diusulkan saat ada pertemuan warga setiap bulannya. Seperti usulan pertama kali dicetuskan pada malam pertemuan dirumah bapak Afik Susilo. Dengan kesepakatan dibentuk semacam kepanitiaan khusus blok F yang berhadapan dengan jalan tersebut. Dan sepakat juga dana akan diambil dari masing-masing rumah yang secara langsung berhadapan dengan jalan blok F atas dan akan dibantu dengan kas Warga.
Dipuncak tertinggi bukit gumilang tersamar bersahutan suara sumbang entah dari lantuman belalang atau segelumit jangkrik yang asik bersendau gurau menikmati kehangatan sinar mentari dibalik rerumputan yang dipenuhi embun pagi. Sesaat sunyi melanda dikala gemerisik ilalang tertiup angin. sesaat kemudian bergantian entah serangga apalagi yang tengah bercengkrama menyambut pagi.
Ah... lamunanku terlalu jauh menerawang dimana bukit masih dirimbuni ilalang dan pepohonan liar tanpa tuan. Dimana kesunyian setiap saat menghantarkan hari yang terus berganti. Kini Bukit hijau dibalik tebing kramat gumilang telah jauh berubah. Deretan pepohonan dan ilalang telah berganti tembok-tembok beratap beton.
Lengkingan serangga berubah menjadi dentum alunan musik dari perangkat elektronik dari balik bilik kokoh bercat warna-warni.



Supri, dan yang lainnya yang dengan semangatnya membentuk lingkungan menuju kenyamanan dan ketentraman bersama.